Once in 26 Years

Dari dulu saya selalu membayangkan bisa merayakan lebaran dengan suasana yang berbeda. Seperti salah seorang teman saya misalnya, yang setiap lebaran traveling ke kota lain bersama keluarganya. Agak lucu sebenarnya, karena dimana-mana momen lebaran itu identik dengan berkumpul bersama keluarga di kampung halaman. Dan saya juga tidak mengaharapkan perbedaan yang sebegitunya karena memang latar belakang keluarga kami berbeda.

Mungkin karena saya tinggal di desa bersama orangtua dan kakek nenek serta belum pernah merasakan 'the real' mudik lebaran seperti yang sering saya lihat di televisi, muncullah keinginan untuk merasakan sesuatu yang berbeda, just for the sake of experience.

Dan, tahun ini, keinginan itu semacam terwujud. Tentu dengan cara yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Untuk pertama kalinya saya merayakan lebaran jauh dari keluarga. Ternyata sedih juga...

Tidak ada momen riweuh di pagi hari untuk open house, tidak ada cuci piring non stop sampai lupa makan (fyi, saya S3 cuci piring), keliling rumah saudara dan sebagainya. Semua acara silaturahim dilakukan secara virtual. Untungnya makanan masih bisa disantap secara offline. Ya menurut ngana aja.

Bicara soal makanan, setiap tahun sate kambing, soto ayam dan urab menjadi menu andalan di keluarga kami. Tapi tahun ini untuk pertama kalinya menu lebaran saya adalah masakan khas sumatera, yup rendang! Dan lucunya, karena saya tidak lagi menjadi tukang cuci piring, perut saya jadi gampang sekali lapar. Maunya makan terus. Mungkin karena bosan juga ya tidak ada yang bisa dilakukan selain...... makan 🙃

Meski kondisi saat ini bukanlah kondisi ideal menurut kita tapi pasti ada hikmah dibaliknya, baik kita tahu atau tidak. Apapun itu, pasti ada hal yang bisa disyukuri. Misalnya kita jadi lebih menghargai momen kumpul bersama keluarga, yang biasanya mungkin hanya dianggap sebagai rutinitas. 

Kalau kamu, bagaimana cerita lebaranmu kali ini?

Post a Comment

0 Comments

Contact Form